BAB 5
ATMOSFER
A. Sifat Fisik Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata atmos yang berarti uap
dan sphaira yang berarti lapisan. Jadi, atmosfer adalah lapisan udara yang
mengelilingi Bumi. Ketebalan atmosfer yang mengelilingi Bumi diperkirakan lebih
dari 1.000 km. Beberapa gas utama yang terdapat pada lapisan atmosfer adalah
nitrogen/N2 (78,088%), oksigen/O2 (20,049%), argon/Ar (0,930%), dan karbon
dioksida/CO2 (0,030%).
- Lapisan-Lapisan
Atmosfer
- Gambar 2. Pembagian lapisan atmosfer berdasarkan profil suhu vertikal. Garis titik-titik
a. Lapisan Troposfer
Lapisan troposfer di daerah kutub memiliki
ketebalan 0–8 km, di daerah khatulistiwa memiliki ketebalan 0–16 km, dan di
daerah lintang tinggi memiliki ketebalan kurang dari 12 km. Pada lapisan ini
terjadi proses-proses cuaca dan iklim yang dapat diamati, seperti hujan, angin,
dan awan. Setiap kenaikan ketinggian 100 m, kondisi suhu mengalami penurunan
sekitar 0,6°C. Penurunan suhu ini sering disebut dengan gradien geothermis.
Antara lapisan troposfer dan stratosfer dibatasi oleh lapisan tropopause.
b. Lapisan Stratosfer
Lapisan stratosfer memiliki ketebalan antara 15–55
km. Pada lapisan ini terdapat lapisan ozon yang
terbentuk pada ketinggian 20 km. Ozon diproduksi saat radiasi sinar ultraviolet
gelombang pendek memanaskan molekul oksigen. Akibatnya, molekul oksigen (O2)
terpecah menjadi dua atom oksigen. Selanjutnya, satu atom oksigen bergabung
dengan molekul oksigen lain membentuk ozon (O3). Lapisan ozon berfungsi
menyerap radiasi sinar ultraviolet sehingga melindungi Bumi dari bahaya radiasi
sinar ultraviolet (UV) matahari. Antara lapisan stratosfer dan mesosfer
terdapat lapisan stratopause.
c. Lapisan Mesosfer
Lapisan mesosfer terletak pada ketinggian 55–80 km
di atas permukaan laut. Batu-batu meteorit yang bergerak menembus atmosfer saat
melewati lapisan mesosfer diimpit oleh massa udara dingin sehingga terbakar
hancur sebelum menyentuh permukaan Bumi. Lapisan ini dapat disebut sebagai
lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda atau batu meteor. Pada lapisan
mesosfer terdapat lapisan D
yang bermuatan listrik pada ketinggian 70 km. Hal
ini menyebabkan sering terjadinya fenomena awan pijar yang berasal dari uap air
atau debu meteor. Antara lapisan mesosfer dengan termosfer terdapat lapisan
mesopause.
d. Lapisan Termosfer
Lapisan termosfer disebut juga lapisan ionosfer
karena terjadi proses ionisasi gas-gas oleh radiasi matahari. Lapisan ini
terletak pada ketinggian 85–500 km. Pada lapisan termosfer, gelombang radio
dipantulkan sehingga gelombang radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat
dapat diterima di belahan Bumi yang lain. Lapisan peralihan antara termosfer
dan eksosfer disebut lapisan termopause.
e. Lapisan Eksosfer
Lapisan eksosfer merupakan lapisan terluar. Gas
utama yang ada, yaitu hidrogen yang kerapatannya makin tipis sampai hampir
habis di luar angkasa. Pada lapisan ini terdapat fenomena zodiakal dan
gegenschein yang merupakan pantulan sinar matahari oleh debu meteorit yang
terdapat di angkasa.
2.
Manfaat Lapisan Atmosfer
Lapisan atmosfer memiliki beberapa manfaat bagi
kehidupan.
a. Melindungi Bumi dari radiasi sinar matahari yang
sangat berbahaya bagi kehidupan.
b. Melindungi Bumi dari jatuhnya benda-benda
angkasa yang akan memasuki Bumi.
c. Untuk kepentingan penelitian di bidang meteorologi
dan klimatologi, khususnya prakiraan cuaca, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
d. Cuaca sangat penting di bidang pertanian,
perhubungan, pelayaran, penerbangan, dan lain sebagainya.
e. Lapisan ionosfer memiliki peranan yang penting
dalam proses komunikasi karena dapat memantulkan gelombang radio.
B. Cuaca dan Iklim
1. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Keduanya saling terkait. Hal yang menjadi parameter pada cuaca akan
menjadi parameter juga pada iklim.
a.
Cuaca
Cuaca
adalah kondisi udara pada saat tertentu, di wilayah yang
relatif sempit serta pada jangka waktu yang relatif singkat.
Dari
pengertian ini menunjukkan bahwa cuaca terbentuk dari gabungan unsure cuaca
dengan jangka waktu bisa hanya beberapa jam.
Contohnya cuaca pada pukul 06.00 di Jakarta berbeda
dengan cuaca pada pukul 13.00 di daerah puncak. Suhu udara pada pukul 13.00 di
Jakarta lebih
tinggi daripada pukul 13.00 di daerah puncak, dan
sebagainya.
Gejala-Gejala Cuaca
Gejala cuaca adalah serangkaian gejala alam yang terbentuk karena
temperature, kelembaban dan tekanan udara. gejala-gejala cuaca yaitu:
- Kilat, Guntur dan petir
Kilat adalah aliran listrik dalam bentuk sinar atau cahaya yang muncul
secara tiba-tiba dari antara dua awan yang berbeda muatan listrik.
- Kabut
Kabut adalah udara lembab yang berisikan jutaan butir air kecil halus
yang letaknya dekat diatas permukaan tanah
Macam-macam kabut :
- Kabut slokan / kabut sawak
- Kabut pemancaran
- Kabut adveksi
- Kabut yang terjadi dikota industry
- Awan
Awan adalah kumpulan titik air atau Kristal-kristal es yang halus
diatmosfir.
Berdasarkan bentuknya awan dibedakan :
- Awan cumulus, berbentuk bergumpal-gumpal seperti bulu domba
- Awan stratus, berbentuk berlapis-lapis
- Awan cirrus, bentuk halus seperti kapas
- Awan nimbus, warna kelabu merupakan sumber hujan
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan ;
- Awan tinggi, ketinggian lebih 6000 m.
- Awan sedang, terletak antara 2000-6000 m.
- Awan rendah, terletak antara 0-2000 m.
- Awan yang berkembang vertical, yaitu awan yang ketinggian 500 m.
b.
Iklim
Iklim adalah cuaca rata-rata tahunan pada wilayah
yang lebih luas. Untuk menentukan keadaan iklim suatu wilayah, biasanya dengan
menghitung rata-rata cuaca selama 30–100 tahun.
Perbedaan antara cuaca dan iklim
dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Cuaca
|
Iklim
|
• Rentang waktunya
pendek (hari/jam).
• Cakupan daerahnya sempit.
• Sangat cepat berubah.
|
• Rentang waktunya
panjang (30–100 tahun).
• Cakupan daerahnya luas.
• Jarang sekali berubah.
|
GEJALA-GEJALA OPTIK DI ATMOSFER
1. PELANGI
Warna pelangi MEJIKUHIBINIU
yaitu: merah, jingga (orange), kuning, hijau, biru, nila(indigo) dan
ungu(violet).
Pelangi
terjadi karena sinar matahari jatuh pada titik-titik air hujan, yang mengakibatkan
berkas sinar matahari tersebut dibiaskan dan dipantulkan menjadi spectrum warna
(spectrum radiasi) oleh titik air hujan.
Adapun jenis-jenis pelangi adalah
sebagai berikut :
- Classic Rainbows
Pelangi Alam terdiri dari enam warna:
merah, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu. Intensitas warna masing-masingnya
tergantung berbagai kondisi atmosfer dan waktu.
- Circular Rainbows
Pelangi ini benar-benar terlihat
seperti busur lingkaran sempurna (dengan radius tepat 42 derajat, menurut
Descartes).
- Secondary Rainbow
Pelangi primer, sering disertai
dengan pelangi sekunder biasanya tipis dan redup daripada pelangi primer.
Pelangi sekunder terkenal dengan karakteristik tertentu, spektrum ditampilkan
dalam urutan terbalik dari sebuah pelangi primer.
- Red Rainbows
Red Rainbows biasanya terlihat saat
fajar atau senja ketika ketebalan filter atmosfir bumi menjadi biru, terlihat
lebih merah atau seperti tetesan cahaya oranye mencerminkan dan membiaskan air.
Hasilnya adalah pelangi dengan spektrum ujung merah.
- Sundogs
Yang paling sering terlihat rendah di
langit di hari musim dingin yang cerah, sundogs terjadi ketika matahari
bersinar melalui kristal es yang tinggi di atmosfer. Sundogs berwarna merah di
bagian dalam dan ungu di bagian luar dengan sisa spektrum ramai di antaranya.
Semakin tebal konsentrasi kristal es di udara, semakin tebal pula strukturnya.
- Fogbows
Fogbows lebih jarang terlihat
daripada pelangi biasa, karena parameter tertentu yang harus disesuaikan untuk
menciptakan mereka. Misalnya, sumber cahaya harus berada di belakang pengamat
dan membumi. Juga, kabut di belakang pengamat harus sangat tipis sehingga sinar
matahari yang dapat bersinar melalui kabut tebal di depan.
- Waterfall Rainbows
Kabut air terjun bercampur ke dalam
aliran udara konstan atmosfer terus menerus, terlepas dari cuaca. Hal ini
membuat sebuah foto air terjun yang sangat baik untuk pelangi.
- Fire Rainbows
Pelangi ini bukan terbuat dari api,
nama untuk efek optik yang indah ini adalah circumhorizontal arc. Fenomena ini
hanya dapat dilihat dalam kondisi spesifik tertentu: awan cirrus, yang
bertindak seperti prisma harus setidaknya berada di ketinggian 20.000 kaki dan
matahari harus menyorot ketika mereka berada di ketinggian 58-68 derajat.
Rainbow Fire tidak pernah terlihat di lokasi lebih dari 55 derajat utara atau
selatan.
- Moonbows
Moonbows adalah mitra untuk pelangi
lunar. Mereka juga jauh lebih sulit dilihat karena badai hujan harus berlalu
dan, idealnya, bulan purnama yang terang tidak terhalang oleh awan.
2. HALO
Halo adalah lingkaran sinar putih
disekeliling bulan atau matahari, namun yang sering kita lihat adalah halo
bulan karena pada waktu malam langit terihat gelap.
Halo terjadi karena sinar bulan
menembus kristal-kristal es yang terdapat pada awan yang tinggi (6.000 – 12.000
m diatas permukaan air laut) seperti awan Cirrus, Cirrostratus dan
Cirrocumulus, sehingga sinar bulan dibiaskan oleh kristal-kristal as tersebut.
Halo (disebut juga nimbus, icebow,
atau Gloriole) adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar
Matahari dan Bulan, dan terkadang pada sumber cahaya lain seperti lampu
penerangan jalan..
3. AURORA
Yaitu cahaya yang bersinar pada malam
hari di langit sekitar wilayah lingkaran kutub (cahaya kutub). Aurora yang
bersinar di kutub utara dinamakan AURORA BOREALIS, sedangkan yang bersinar di
kutub selatan dinamakan AURORA AUSTRALIS.
Penyebab Terjadinya Aurora
Aurora terjadi akibat atom-atom yang
bertumbukan dengan partikel-partikel bermuatan, terutama elektron dan proton
yang berasal dari Matahari. Partikel-partikel tersebut terlempar dengan
kecepatan lebih dari 500 mil per detik dan terhisap medan magnet Bumi di
sekitar kutub utara dan selatan. Warna-warna yang dihasilkan disebabkan
benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda.
4. Fatamorgana
Fatamorgana adalah pembiasan cahaya
melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada
menjadi seolah ada
Fatamorgana juga sering terjadi di
jalan beraspal yang panas sehingga kelihatan seperti genangan air. Peristiwa
ini akibat pemantulan sempura.
2. Unsur-Unsur
Cuaca
Unsur-unsur tersebut sebagai berikut.
a. Suhu Udara
Suhu udara merupakan ukuran untuk menyatakan keadaan panas atau
dinginnya udara. Suhu udara diukur dengan alat termometer. Hasil pengukuran
dapat dinyatakan dalam 3 skala, yaitu Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit
(F). Persebaran suhu udara di permukaan Bumi
berbeda-beda. Karakteristik
persebaran suhu udara sebagai berikut.
1) Persebaran Secara Horizontal
Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis atau
sekitar ekuator, semakin ke kutub semakin dingin.
2) Persebaran Secara Vertikal
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin
dingin atau semakin rendah. Hal ini sesuai dengan hukum gradien geothermis,
yaitu setiap kenaikan 100 meter suhu berkurang rata-rata 0,6°C.
Pada udara kering besar gradien geothermis sebesar
1°C. Pada lapisan atmosfer tertentu hukum ini tidak berlaku.
Persebaran suhu baik vertikal maupun horizontal
tidak terjadi dengan sendirinya
Persebaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut.
1) Lama Penyinaran Matahari
Wilayah Indonesia terletak pada lintang 23°LU –
23°LS. Letak ini menyebabkan lama penyinaran matahari di wilayah ini lebih
kurang 12 jam. Penyinaran matahari yang panjang akan memengaruhi peningkatan
suhu di permukaan Bumi.
2) Sudut Datang Sinar Matahari
Bentuk muka Bumi yang melengkung atau membulat
menyebabkan sudut datang penyinaran matahari tidak sama. Apabila arah sinar
matahari semakin tegak dengan bidang horizontal permukaan
Bumi atau semakin kecil sudut datangnya, intensitas
penyinaran matahari semakin tinggi. Besarnya sudut ini berkaitan dengan letak
lintang. Amatilah gambar berikut agar kamu dapat mengetahui persebaran panas
berdasarkan sudut datang penyinaran.
3) Relief Permukaan Bumi
Berdasarkan relief, persebaran suhu mempunyai dua
tipe, yaitu berdasarkan ketinggian dan arah hadap lereng. Semakin tinggi relief
akan semakin rendah suhunya. Selain itu, relief yang menghadap ke arah
datangnya sinar matahari akan mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada lereng
yang tidak berhadapan langsung dengan sinar matahari.
4) Banyak Sedikitnya Awan
Awan pada lapisan udara dapat menahan sinar
matahari sebelum sampai di permukaan Bumi. Pada pagi hari awan dapat
menyebabkan temperatur rendah. Akan tetapi, pada siang hari menyebabkan
temperatur tinggi karena awan dapat memantulkan kembali panas yang dipancarkan
oleh permukaan Bumi. Semakin banyak uap air, semakin besar panas yang diserap,
akibatnya temperature menjadi tinggi.
5) Macam Bentang Alam
Daratan akan lebih cepat panas atau dingin
dibandingkan dengan lautan yang lebih lambat menjadi panas atau dingin.
Energi sinar Matahari sebagian digunakan untuk
memanaskan atmosfer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara
suatu daerah adalah:
a. Lama penyinaran matahari
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.
Untuk mengetahui
temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh:
Temperatur permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Temperatur permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Jawab:
Pemanasan atmosfer dapat secara langsung atau tidak
langsung.
Matahari merupakan sumber panas. Pemanasan udara dapat terjadi
melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan tidak
langsung.
a. Pemanasan secara
langsung
Pemanasan secara langsung
dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai berikut:
1) Proses absorbsi
adalah penyerapan
unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama, sinar-X, dan ultra-
violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon,
hidrogen, dan debu.
violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon,
hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi
adalah pemanasan
matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-
butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain di atmosfer.
butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain di atmosfer.
3) Proses difusi
Sinar matahari
mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru dan lembayung
berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna biru.
berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna biru.
b. Pemanasan tidak
langsung
Pemanasan tidak
langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
1) Konduksi adalah
pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian bawah kemudian
lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.
lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi adalah
pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah
pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal (mendatar).
4) Turbulensi adalah
pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur dan berputar-putar
ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer.
ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer.
Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar 4 berikut.
Gambar 4. Pengaruh atmosfer terhadap energi
panas matahari.
(Konsep Dasar Indraja dan Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)
(Konsep Dasar Indraja dan Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)
Di
Indonesia, keadaan suhu udara relatif bervariasi. Data rata-rata suhu udara di
beberapa kota di Indonesia, dapat Anda lihat pada tabel 2.
Tabel
2. Rata-rata suhu udara di beberapa kota di Indonesia.
Rata-rata
suhu tahunan, di Indonesia sekitar 26,80 C. Dalam peta, daerah daerah yang suhu
udaranya sama dihubungkan dengan garis isotherm.
2. Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak
sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan. Besar atau
kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang
pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang
digunakannya adalah barometer raksa.
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan
masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut.
Satuan
ukuran tekanan udara adalah milibar (mb).
1 mb = 3/4 mm tekanan air raksa (t.a.r)
atau
1.013 mb = 76 cm t.a.r = 1 atmosfer
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama
tekanan udaranya disebut isobar.
Bidang isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai
tekanan udara sama. Jadi perbedaan
suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara.
Daerah yang banyak menerima panas matahari, udaranya akan
mengembang dan naik. Oleh karena
itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain
terdapat tekanan udara tinggi
sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan udara
rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Ada tiga hal penting yang menyangkut
sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
• Arah angin
• Kecepatan angin
a. Kekuatan Angin
Menurut hukum
Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar
pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar
pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
Gambar
5. Kekuatan angin A dan P terletak pada isobar 1000 mb. B dan Q pada isobar 990
mb. Jarak AB = 80 km, Jarak PQ = 150 km.
Jadi angin yang
bertiup dari A ke B lebih kuat daripada angin yang bertiup dari P ke Q.
b. Arah Angin
Satuan yang digunakan
untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat.
1 derajat untuk angin
arah dari Utara.
90 derajat untuk angin
arah dari Timur.
180 derajat untuk
angin arah dari Selatan.
270 derajat untuk
angin arah dari Barat.
Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana
angin itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang
bertekanan tinggi (maksimum) ke
daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara
berbelok ke kanan sedangkan di
belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
1) Gradient barometrik
2) Rotasi bumi
3) Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya.
Angin yang besar kekuatannya
makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang
bulat, menyebabkan pembelokan
arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol).
Makin ke arah kutub pembelokannya
makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar
dengan garis isobar disebut
angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim
sedang di atas samudra.
Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai
contoh, pada saat melalui gunung,
angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas.
c. Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi
dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah timur,
sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan
linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika
makin dekat ke arah kutub. Lihat tabel 3. Alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan angin disebut anemometer.
Tabel 3. Hubungan antara
lintang tempat dan kecepatan linier.
d. Sistem Angin
1) Angin Passat
Angin passat adalah
angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke
daerah ekuator (khatulistiwa).
daerah ekuator (khatulistiwa).
a) Angin Passat
Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
b) Angin Passat
Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar
khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah
tropis
selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT).
DKAT ditandai
dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah
DKAT terbebas
dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah
tenang).
2)
Angin Anti Passat
Udara di atas daerah
ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik
merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat
Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada
daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun
secara vertikal sebagai angina yang kering. Angin kering ini menyerap uap air
di udara dan permukaan daratan. Akibatnya,terbentuk gurun di muka bumi,
misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia.
Di
daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik”yang
udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah
ekuator antara
10o LU
- 10o LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau
“daerah doldrum”
3) Angin Barat
Sebagian udara yang
berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke daerah
sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin
Barat dibelahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di
belahan bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah
lintang 60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh
pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara
dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara
maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS).
maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS).
Angin ini disebut
angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah
secara berlawanan setiap setengah tahun.
Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusat-pusa tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia.
Di Indonesia angin ini merupakan angin musim
Timur Laut di belahan bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan.
Oleh karena angin ini melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak
membawa uap air, sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi Musim Penghujan.
Musim
penghujan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya
tidak merata. Makin ke Timur curah hujan makin berkurang karena kandungan uap
airnya makin sedikit.
Pada
bulan April – Oktober, matahari berada di belahan langit Utara, sehingga benua
Asia lebih panas daripada benua Australia. Akibatnya, di Asia terdapat
pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di Australia terdapat pusat-pusat
tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari Australia menuju
Asia. Di Indonesia, terjadi angin musim timur di belahan bumi Selatan dan angin
musim barat daya di belahan bumi Utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang
luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di
Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi
Tenggara, dan pantai Selatan Irian Jaya. Lihat gambar 7. Antara kedua musim
tersebut ada musim yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan), yaitu:
Musim
Kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan
Musim Labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah
angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan
lebat.
Angin Lokal
Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal
(setempat) yaitu sebagai berikut:
1. Angin darat dan angin
laut
Angin ini terjadi di
daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas
dibandingkandengan lautan. Angin bertiup dari laut ke darat, disebut angin laut
.Sebaliknya, pada malam haridaratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan
dengan lautan. Daratan bertekanan maksimumdan lautan bertekanan minimum. Angin
bertiup dari darat ke laut, disebut angin darat.
2. Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara
yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan
dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir
dari lembah ke ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam
hari udara mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3. Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas
Angin Jatuh atau Fohn
ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng pegunungan
Alpine.
Sejenis angin ini
banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli),
angin Kumbang
(Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa
Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
3. Kelembaban Udara
Di udara terdapat uap air
yang berasal dari penguapan samudra (sumber yang utama).
Sumber lainnya berasal dari danau-danau, sungai-sungai,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat
dikandungnya. Hal ini berarti makin
lembablah udara tersebut. Alat untuk mengukur kelembaban udara
dinamakan hygrometer
atau psychrometer.
Ada dua macam kelembaban udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang
terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air
dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air
dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat
dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen
(%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20o C terdapat 14 gram uap air
(basah absolut = 14 gram), sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya
pada suhu 20o C = 20 gram.
Jadi kelembaban relatif udara itu =
|
Suhu udara dapat diukur secara harian, bulanan, dan
tahunan.
1) Suhu Harian
Suhu udara harian dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Rentang Suhu Harian (Diurnal)
Ini menunjukkan selisih suhu maksimum dan suhu
minimum pada hari tertentu. Contoh,
pada termometer six menunjukkan suhu maksimum 36° C
dan suhu minimum 20° C.
Berarti, rentang suhu harian (diurnal) = (36 – 20)°
C = 16° C.
b) Suhu Harian Rata-rata (SHR)
Suhu harian rata-rata dapat dihitung dengan dua
cara.
(1) Suhu
maksimum dan minimum rata-rata selama 24 jam:
|
Contoh:
Suhu maksimum = 36° C dan suhu minimum = 20° C
SHR = (20 C + 36 C ) / 2
= 28° C
Suhu per jam rata-rata selama 24 jam:
2) Suhu Bulanan Rata-Rata
(SBR)
Menunjukkan suhu udara harian rata-rata selama
sebulan dapat dihitung dengan formula berikut.
3) Suhu Tahunan Rata-Rata
(STR)
Menunjukkan
jumah suhu bulanan rata-rata selama 12 bulan dibagi jumlah
bulan. Dihitung dengan formula berikut.
c. Suhu Udara pada Ketinggian Tempat Tertentu
Bagaimana menentukan suhu udara suatu tempat
berdasarkan ketinggiannya? Penentuan suhu udara suatu tempat dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut.
1) Jika hanya diketahui ketinggian suatu tempat.
Rumus gradien Suhu untuk
daerah tropis
H 26,3°C -(0,65°C x ―H/―― )100 m
ContohBerapakah suhu udara di Kota Wonosobo yang memiliki
ketinggian 800 mdpl? 800 m
= 26,3°C – { 0,65°C x
―――}100 m
= 26,3°C – { 0,65°C x 8
}= 26,3°C – 5,2°C = 21,1°C
|
26,3 =
(suhu udara rata-rata di daerah pantai tropis).
0,6 =
Konstanta.
h = Tinggi
tempat dalam ratusan meter.
Contoh soal:
Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai
ketinggian 1.500 m dari permukaan laut?
Jawab:
T = 26,3 – 0,6 (15)
= 26,3 – 9
= 17,3°C
Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3°C.
2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu
diketahui suhu udaranya dan yang satu tidak.
∆T = 0,006 (X1 – X2) × 1°C
∆T = Selisih suhu udara antara tempat 1 dengan
tempat 2 (°C).
X1 = Ketinggian tempat yang diketahui suhu udaranya
(m).
X2 = Ketinggian tempat yang dicari suhu udaranya
(m).
Contoh soal:
Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan
laut. Rata-rata suhu udara di kota A adalah 28°C. Berapakah rata-rata suhu
udara kota B yang memiliki ketinggian 260 m di atas permukaan laut?
Jawab:
∆T = 0,006 (5 – 215) × 1°C
= –1,26°C
Jadi, suhu udara kota B = 28°C – 1,26°C
= 26,74°C
Penurunan suhusemacam ini disebut gradien
temperatur vertikal atau lapse rate
. Pada udara kering, besar lapse rateadalah
1°C.
Rumus
gradien Suhu untuk daerah tropis
H 26,3°C -(0,65°C
x ―H/―― )100 m
ContohBerapakah suhu udara di Kota Wonosobo yang memiliki
ketinggian 800 mdpl? 800 m
=
26,3°C – { 0,65°C x ―――}100 m
=
26,3°C – { 0,65°C x 8 }= 26,3°C – 5,2°C = 21,1°C
b.
Tekanan Udara
Pengertian Tekanan udara
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah atmosfer (atm),millimeter kolom air raksa (mmHg) atau milibar (mbar).
Tekanan udara patokan (sering juga disebut) tekanan udara normal) adalah tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 450 dan suhu 00C. besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm. Tekanan sebesar 1 atm ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa setinggi 760 mm. satuan tekanan selain dengan atm atau mmHg juga dapat dan sering dinyatakan dalam satuan kg/m2
Konversi antara satuan tekanan udara tersebut adalah sebagai berikut
1 atm = 760 mmHg = 14,7 Psi = 1,013 mbar
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat(elevasi atau altitude). Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian dapat dilihat pada persamaan laplace sebagai berikut :
H = k(1+¥t)log(β0/βh)
Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat itu dimanfaatkan dalam merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang disebut altimeter.
Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah atmosfer (atm),millimeter kolom air raksa (mmHg) atau milibar (mbar).
Tekanan udara patokan (sering juga disebut) tekanan udara normal) adalah tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 450 dan suhu 00C. besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm. Tekanan sebesar 1 atm ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa setinggi 760 mm. satuan tekanan selain dengan atm atau mmHg juga dapat dan sering dinyatakan dalam satuan kg/m2
Konversi antara satuan tekanan udara tersebut adalah sebagai berikut
1 atm = 760 mmHg = 14,7 Psi = 1,013 mbar
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat(elevasi atau altitude). Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian dapat dilihat pada persamaan laplace sebagai berikut :
H = k(1+¥t)log(β0/βh)
Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat itu dimanfaatkan dalam merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang disebut altimeter.
Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu
c.Angin
Angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti berlayar, menggerakkan kincir, dan mengeringkan jemuran. Tetapi, jika
angin memiliki kecepatan tinggi, maka tiupan bisa memorakporandakan daerah yang
dilaluinya. Angin bertiup dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Hal-hal yang berkaitan dengan angin antara lain kecepatan,
arah, dan system angin.
a. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan
menghasilkan angin. Semakin besar perbedaan tekanan udara, maka angin yang
bertiup pun akan semakin kencang atau kuat.
Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson.
Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup
berbanding lurus dengan gradien barometernya. Semakin besar gradient
barometernya, semakin kuat angin yang bertiup. Gradien barometeradalah perbedaan
tekanan udara antara dua isobarpada tiap jarak lurus 15 meridian atau 111 km.
Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai
tekanan udara 1.450 mb (milibar) dan
isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika
jarak X dan Y adalah 600 km, berapakah
gradien barometernya?
Jawab:
Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.
Jadi, gradien barometernya =( 300 : 111 ) / 600 =
55,5 mb.
2) Relief Permukaan Bumi
Relief yang tidak rata menjadi penghambat bagi
aliran atau tiupan angin. Gambar 7.10
menunjukkan aliran angin di daerah dataran dan
perbukitan. Di daerah perbukitan aliran
angin terhambat bukit-bukit, sehingga bertiup
dengan kecepatan lebih lambat dibanding di
daerah dataran.
3) Ketinggian Tempat
Gambar 7.11 memperlihatkan A berdiri di tengah
rumah-rumah yang padat, sedangkan B
berdiri di atas puncak gedung bertingkat. Tiupan
angin yang dirasakan oleh A lebih lambat
daripada yang dirasakan oleh B? Mengapa?
4) Letak Lintang
Letak lintang berkaitan dengan posisi Matahari. Di
daerah lintang rendah banyak
mendapatkan sinar Matahari, sehingga lebih panas
dibandingkan di daerah lintang tinggi.
Dan sebaliknya, di daerah lintang tinggi lebih
sedikit mendapatkan sinar Matahari sehingga suhu udaranya pun lebih dingin
dibanding daerah lintang rendah. Perbedaan panas ini menimbulkan sistem angin
utama di Bumi. Selain itu, atmosfer juga ikut berotasi dengan Bumi.
Molekul-molekul udara bergerak ke arah timur sesuai arah rotasi Bumi. Gerakan
ini disebut gerakan linier. Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan kecepatan linier
tertinggi di daerah ekuator (letak lintang rendah) dan makin kecil ke arah
kutub (letak lintang tinggi).
5) Panjang Siang dan Malam
Bila dirasakan, kecepatan angin pada waktu siang
dan malam berbeda. Angin bertiup
lebih cepat siang hari dibanding malam hari.
Panjang siang dan malam pada beberapa daerah tidak sama sehingga menyebabkan
tekanan udara maksimum dan minimum berubah-ubah. Akibatnya, arah aliran udara
tidak tetap atau tidak menentu.
.
3.Iklim
Iklim di suatu daerah dipengaruhi oleh posisi garis lintang,
angin, massa daratan dan benua, arus samudra, dan topografi.
1. Klasifikasi Iklim
Berikut ini pembagian iklim yang ada di Bumi.
a.
IKLIM FISIK
Yaitu iklim yang dipengaruhi oleh keadaan fisik suatudaerah.terdapat pembagian iklim sebagai berikut:
a.Iklim continental atau iklim maritime
Yaitu iklim yang terjadi di daratan yang sangat luas, sehingga angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering.
b.Angin Ugahari
Yaitu, iklim pada dataran tinggi dengan perbedaan temparatur siang danmalam yang sangat besar.
c.Iklim Pegunungan
Iklim ini terdapat di pegunungan. Di daerah-daerah pegunungan berudara sejuk dan sering turun hujan karena awan yang naik ke lereng-lereng pegunungan
Yaitu iklim yang dipengaruhi oleh keadaan fisik suatudaerah.terdapat pembagian iklim sebagai berikut:
a.Iklim continental atau iklim maritime
Yaitu iklim yang terjadi di daratan yang sangat luas, sehingga angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering.
b.Angin Ugahari
Yaitu, iklim pada dataran tinggi dengan perbedaan temparatur siang danmalam yang sangat besar.
c.Iklim Pegunungan
Iklim ini terdapat di pegunungan. Di daerah-daerah pegunungan berudara sejuk dan sering turun hujan karena awan yang naik ke lereng-lereng pegunungan
4. Iklim Schmidt - Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson
sering disebut Q model karena didasarkan atas nilai indeks nilai Q. (lihat
tabel 4.) yang dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Tabel 4. Tipe iklim menurut
Schmidt-Ferguson adalah:
b.
Contoh:
Tabel 5. Data curah hujan pada
tahun 1999 adalah sebagai beriku
c.
Maka menurut iklim
Schmidt-Ferguson sebagai berikut:
. Iklim Koppen
Iklim ini paling banyak
dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah
hujan dan temperatur. Koppen membagi iklim dalam 5 daerah iklim,
dinyatakan
dengan simbol huruf.
a. Iklim A (Iklim Hujan Tropis)
Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari
18oC, curah hujan tahunan tinggi, rata rata
lebih dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.
lebih dari 70 cm/tahun. Tumbuhan beraneka ragam.
b. Iklim B (Iklim Kering/Gurun)
Terdapat di daerah gurun atau semiarid
(steppa), curah hujan terendah 25,5 mm/tahun.
Penguapan besar.
Penguapan besar.
c. Iklim C (Iklim Sedang)
Temperatur bulan terdingin 18oC
sampai –3oC.
d. Iklim D (Iklim Salju atau Mikrothermal)
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10oC,
sedangkan suhu rata rata bulan terdingin –
3oC.
3oC.
e. Iklim E atau iklim Kutub
Terdapat di diderah Arctic dan Antartika.
Suhu tidak pernah lebih dari 10oC. Tidak mempunyai
musim panas yang benar-benar panas.
musim panas yang benar-benar panas.
Berdasarkan klasifikasi
Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan
beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi 3
sub tipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk
tipe iklim Af, Aw dan Am.
a. Iklim Af adalah iklim A
dengan curah hujan bulanan 60 mm. Hujan sepanjang tahun.
b. Iklim Aw adalah tipe
iklim A yang memiliki musim kering yang panjang (Savana).
c. Iklim Am adalah
peralihan antara Af dan Aw. Persediaan air tanah cukup sehingga vegetasi tetap.
2. Penyimpangan
Iklim
Kondisi iklim yang menyimpang antara lain terlihat dari peristiwa El
Nino dan La Nina. Dampak dari proses terjadinya
El Nino dan La Nina dapat dipelajari dari penjelasan berikut ini.
a. El Nino
Pada cuaca yang normal, angin timur di Samudra
Pasifik bertiup ke arah barat dan mendorong air laut hangat ke permukaan.
Akibatnya, air laut di bagian barat samudra lebih hangat 2° C dan lebih tinggi
40 cm. Di bagian timur samudra air laut dingin menggantikan air laut hangat.
Hal ini menyebabkan udara lembap hangat naik di bagian barat dengan membawa uap
air dan menimbulkan hujan.
b. La Nina
La Nina memiliki sifat yang berlawanan dengan El
Nino. Arus udara dan arus laut yang saling memperkuat menyebabkan angin pasat
bertiup sangat kencang sehingga air laut hangat mengalir ke arah barat. Hal ini
menyebabkan wilayah Asia, Australia, dan Afrika mengalami musim hujan yang
sangat lebat. Sebaliknya, wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan yang hebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar