BAB 3 PENGINDRAAN JAUH ( INDRAJA )
Definisi/Pengertian Citra Penginderaan Jauh (Indraja) Menurut Para
Ahli
Pengindraan
jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan
menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain.
Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan
manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman
penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.
Beberapa
Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :
1.
Menurut Lillesand and Kiefer
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
2.
Menurut Lindgren
Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
3.
Menurut Sabins
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
Penginderaan
jauh dalam bahasa Inggris terjemahannya remote
sensing, sedangkan di Perancis lebih dikenal dengan istilah teledetection, di Jerman disebut farnerkundung distantsionaya(Rusia),
dan perception remota(Spanyol).
B.
Komponen Indraja
Komponen-komponen
dalam indraja merupakan serangkaian objek yang saling berkaitan dan bekerja
sama secara terkoordinasi untuk melakukan pengindraan.
Rangkaian dalam
komponen indraja meliputi sumber tenaga, atmosfer, objek, sensor, wahana,
perolehan data, dan pengguna data.
1 Sumber Tenaga
Sumber
tenaga dalam proses indraja terdiri atas tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga
alamiah adalah sinar matahari,(pasif )
sedangkan
tenaga buatan adalah berupa gelombang mikro (dari baterai / blitz dll)(
aktif ).
Fungsi
tenaga tersebut adalah menyinari objek permukaan bumi dan memantulkannya pada
sensor.
. Interaksi antara Tenaga dan Objek di Permukaan Bumi
Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang
terdapat di permukaan Bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu
sebagai berikut.
a. Absorption(A),
yaitu proses diserapnya tenaga oleh objek.
b. Transmission(T),
yaitu proses diteruskannya tenaga oleh objek.
c. Reflection(R),
yaitu proses dipantulkannya tenaga oleh objek.
2 Atmosfer
Molekul-molekul
gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan, dan
melewatkan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, di dalam indraja terdapat
istilah jendela atmosfer,yaitu bagian spectrum gelombang
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dengan demikian keadaan atmosfer
sangat berpengaruh terhadap pancaran energi. Keadaan atmosfer dapat menghalangi
pancaran sumber tenaga ke muka bumi. Kondisi tersebut berarti menghalangi pula
interaksi antara tenaga dan objek.
3 Interaksi Antara
Tenaga dan Objek
Interaksi
antara tenaga dan objek dapat terlihat pada rona yang dihasilkan. Tiap-tiap objek memiliki karakteristik
yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek
yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan
objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contohnya, batu gamping yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat lebih
cerah daripada batu granit yang mempunyai daya pantul rendah.
4 Sensor
a. Sensor
Sensor
merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Berdasarkan
proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sensor
fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor fotografik merekam objek
melalui proses kimiawi yang dapat dipasang pada pesawat udara maupun
satelit (menggunakan negatif film). Sensor fotografik itu
menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara
menghasilkan citra foto (foto
udara), sedangkan jika dipasang pada satelit menghasilkan citra
satelit (foto satelit).
2) Sensor elektronik merupakan sensor
yang bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik yang
direkam pada pita magnetic selanjutnya dapat diproses menjadi data
visual atau digital dengan menggunakan computer. Sensor elektronik
itu menghasilkan citra indraja (lebih dikenal dengan sebutan citra).
5 Wahana
Wahana
adalah
kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja.
Berdasarkan
ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di
bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Pesawat terbang rendah sampai menengah,
yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di
atas permukaan bumi.
2) Pesawat terbang tinggi, yaitu
pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas
permukaan bumi.
3) Satelit, yaitu wahana dengan 900
km di atas permukaan bumi.
6 Perolehan Data
(citra)
Data
indraja diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numeric (digital). Secara manual dan diperoleh
melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual
diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop.
Steroskop dapat digunakan dengan menggunakan computer.
7 Pengguna Data
Pengguna
data merupakan komponen yang penting dalam sistim indraja, yaitu orang atau
lembaga yang memanfaatkan informasi hasil indraja. Jika tidak ada pengguna,
data indraja tidak ada manfaatnya. Data indraja sangat bermanfaat untuk
memperoleh data special yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena
itu, kerincian, keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat
menentukan diterima atau tidaknya data hasil indraja oleh pengguna.
C.
Citra
Citra merupakan gambaran
yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual
yang pada umumnya dianalisis secara manual.
Data visual dibedakan menjadi
dua, yaitu data citra dan data noncitra:.
1. Data citra dalah berupa
gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaranplanimetri.
2. Data noncitra pada umumnya berupa
garis atau grafik.
Citra indraja adalah gambaran
suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan
cara optic, elekrooptik, maupun elektronik.
Citra dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a) citra foto (photographic image) atau foto udara
b) citra nonfoto (nonphotographic image)
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran
suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan
kamera.
Guna melakukan
pemeotretan, kamera tersebut dipasang pada wahana tertentu, contohnya layang -
layang, balon udara, atau pesawat terbang. Hasil pemotreran yang menggunakan
wahana-wahana itu di sebut foto udara, sedangkan apabila wahana yang
digunakan adalah satelit hasilnya disebut foto satelit.
Citra foto dibedakan
atas dasar
:
1. spectrum
elektromagnetikyang digunakan,
2. posisi sumbu
kamera,
3. sudut liputan
kamera,
4. jenis kamera,
5. wahana yang
digunakan,
6. system wahananya.
1. Spektrum
Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang
digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang
dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.
2) Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto
yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian
warna hijau.
3) Citra foto pankromatik, yaitu citra foto
yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum tampak.
4) Citra inframerah asli, yaitu citra foto
yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.
5) Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto
yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan sebagian
warna hijau.
Dari kelima jenis citra foto tersebut yang paling banyak
penggunaannya dalam indraja sistim fotografi adalah citra foto panakromatik.
b. Posisi Sumbu
Kamera
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap
permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. citra foto
vertical dan 2. citra foto condong.
1) Citra foto vertikal, yaitu citra foto
yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40
2) Citra foto condong, yaitu citra foto
yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut
sebesar 100atau lebih.
Citra foto condong
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Citra foto agak condong, yaitu apabila
cakrawala tidak tergambar pada citra foto
b) Citra foto sangat condong, yaitu apabila
cakrawala tergambar tergambar pada citra foto.
c. Sudut Liputan
Kamera
Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto
dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
1.sudut kecil, 2. sudut normal, 3.sudut
lebar, dan 4.sudut sangat lebar.
Table,
Jenis Citra Foto Berdasarkan Sudut Liputan
Jenis Kamera
|
Sudut Liputan
|
Jenis Foto
|
Sudut kecil
(narrow angel)
|
<>0
|
Sudut kecil
|
Sudut normal
(normal angel)
|
600 – 750
|
Sudut normal/ sudut
standar
|
Sudut lebar
(wide angel)
|
750 –
1000
|
Sudut lebar
|
Sudut sangat lebar
(super-wide angel)
|
> 1000
|
Sudut sangat lebar
|
d. Jenis Kamera
Berdasarkan kamera
yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : citra foto
tunggal dan citra foto jamak.
1) Citra foto tunggal, yaitu citra foto
yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena itu, setiap objek hanya
tergambar dalam satu lembar foto.
2) Citra foto jamak, yaitu citra foto yang
dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama. Foto
jamak dibuat dengan 3 cara, yaitu sebagai berikut.
a) Multikamera, yaitu menggunakan
beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu objek.
b) Kamera multilensa, yaitu satu
kamera dengan beberapa lensa.
c) Kamera tunggal berlensa tunggal dengan
pengurai warna.
e. Warna yang
Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto
berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) citra foto warna asli
(true color)
2.citra
foto warna semua (false color).
f. Sistem Wahana
Berdasarkan wahana
yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1.citra foto
udara
2. citra foto
satelit.
1) Citra foto udara, yaitu citra foto
yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di udara, contohnya
laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.
2) Citra foto satelit, yaitu citra
foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa,
umumnya satelit.
2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambar atau
citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera
dengan cara memindai (scanning).
Citra nonfoto
dibedakan atas:
1.dasar spectrum
elektromagnetik yang digunakan,
2.sensor yang
digunakan,
3.wahana yang
digunakan.
1. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu
1.citra
inframerahtermal, 2.citra radar, dan 3.citra gelombang mikro.
1) Citra inframerah termal, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunkan spectrum inframerah termal.
2) Citra radar, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.
3) Citra gelombang mikro, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro.
2.. Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor
yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan
citra multispektral.
1) Citra tungal, yaitu citra yang
dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.
2) Citra multipektral, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.
3. Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana
yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan
citra satelit.
1) Citra dirgantara, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara
2) Citra satelit, yaitu citra yang
dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa.
Tabel. PERBEDAAN
CITRA FOTO DENGAN CITRA NONFOTO
No
|
Variabel Pembeda
|
Jenis Citra
|
|
Citra Foto
|
Citra Nonfoto
|
||
1
|
Sensor
|
Kamera
|
Nomkamera, atas
dasar pemindaian (scaning).
Kamera yang
detektornya bukan film
|
2
|
Detektor
|
Film
|
Pita magnetic,
termistor, foto konduktif, foto voltaic, dan sebagainya
|
3
|
Proses perekaman
|
Fotografi/kimiawi
|
Elektronik
|
4
|
Mekanisme Perekaman
|
Serentak
|
Parsial
|
5
|
Spektrum
Elektromagnetik
|
Tampak dan
Perluasannya
|
Tampak dan
perluasannya, termal, serta gelombang mikro.
|
D.
Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah kegiatan
menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra,
selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut.
Di dalam interpretasi
citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek) dan
pemanfaatan informasi.
Langkah-langkah
yang umum
dilakukan untuk memperoleh data indraja adalah mendeteksi, mengidentifikasi,
dan menganalisis objek pada citra sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai
bidang.
1. Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan terhadap objek merupakan bagian penting
dalam interpretasi citra. Oleh karena itu, tanpa mengenal identitas dan jenis
objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dapat melakukan analisis terhadap
citra guna pemecahan suatu masalah. Prinsip pengenalan objek pada citra
didasarkan atas penyelidikan karakteristik objek tersebut yang ada pada citra. Berbagai
karakteristik untuk mengenali objek pada citra disebut unsure interpretasi citra.
Tanpa 8 unsur atau
karakteristik interpretasi citra yang secara berurut atau bertingkat (hirarki), yaitu rona dan warna, bentuk, ukuran, tektur, pola, bayangan,serta asosiasi.
a. Rona dan Warna
Rona adalah tingkat kecerahan atau kegelapan
suatu objek yang terdapat pada citra. Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh cuaca,
arah datang sinar Matahari, dan waktu pemotretan. Oleh karena itu, rona
berbeda sesuai sifat pantulan benda (objek). Pada citra hitam putih tingkat
kegelapan dari hitam ke putih atau sebaliknya, sedangkan pada citra berwarna
ada tingkat kegelapan pada setiap warna.
b. Bentuk
Bentuk mencerminkan konfigurasi atau
kerangka objek, baik bentuk umum (shape)
maupun bentuk rinci (form) untuk
mempermudah pengenalan benda. Contoh pengenalan bentuk objek yang terdapat pada
foto adalah sebagai berikut.
1) Stadion olah raga pada umumnya
berbentuk lingkaran atau pesegi panjang.
2) Bangunan sekolah pada umumnya
terlihat berbentuk seperti huruf I, U, L, atau persegi panjang.
c. Ukuran
Termasuk dalam unsur ukuran adalah jarak,
luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan. Ukuran dapat mencirikan
objek sehingga menjadi pembeda dengan objek sejenis yang lain. Contohnya,
ukuran rumah pemukiman berbeda dengan kantor atau daerah industri. Ukuran objek
yang ada pada foto udara dpat diketahui dengan membandingkan skala foto udara.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan atau
pengulangan rona pada citra. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu
halus, sedang, dan kasar. Contohnya, hutan bertekstur kasar,belukar
bertekstur sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.
e. Pola
Pola
adalah kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sugai, pola
permukiman penduduk, dan pola jaringan jalan. Contohnya, dalam pola aliran
sungai dikenal pola dendritik, sentrifungal, dan sentripetal, sedangkan pada
pola permukiman penduduk dikenal pola linier, bergerombol, dan menyebar.
f. Bayangan
Bayangan yang berbentuk pada suatu objek sangat
dipengaruhi oleh arah datangnya sinar Matahari. Apabila pemotretan
dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di sebelah barat.
Apabila pemotretan dilakukan pada siang hari, bayangan objek tidak tampak.
Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan objek ada di sebelah
timur. Oleh karena itu, arah bayangan dapat digunakan untuk menentukan arah
orientasi foto udara.
g. Situs
Situs adalah tempat kedudukan suatu objek
terhadap objek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri objek secara
langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Contohnya, daerah
persawahan terdapat di dataran rendah, sedangkan permukiman penduduk biasanya
memanjang mengikuti jalan, sungai, atau pantai.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara suatu
objek dan objek lain di sekitarnya. Karena adanya asosiasi itu, tampilan
suatu objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek yang lain.
Misalnya, perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan lahan pekarangan yang
ditumbuhi tanaman.
2. Teknik Interpretasi Citra
Teknik interpretasi citra adalah cara khusus
untuk melaksanakan metode indraja secara ilmiah. Teknik interpretasi citra terdiri
atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangakan kemudahan pelaksanaan
interpretasi, akurasi hasil interpretasi, atau jumlah informasi yang diperoleh
Cara-cara
interpretasi ilmiah
tersebut terdiri atas
a.data acuan, b.kunci interpretasi citra, c.penanganan
data, d.pengamatan stereoskopis, e.metode pengkajian, dan f. penerapan konsep.
a. Data Acuan
Citra menyajikan gambaran lengakap yang mirip
dengan wujud dan letak sebenarnya. Akan tetapi, masih diperlukan data lain
untuk lebih meyakinkan hasil iterpretasi. Data lain ini disebut data acuan
karena tidak diperoleh dari citra indraja. Data acuan dapat berupa keputusan,
peta, hasil kerja lapangan, atau data-data lain yang sifatnya melengkapi data
yang terdapat dalam citra. Oleh karena itu, data acuan berguna untuk membantu
proses interpretasi, analisis, dan verifikasi hasilnya.
Meskipun citra menyajikan gambaran lengkap,
pada umumnya masih perlu dilakukan kegiatan lapangan (observasi). Observasi tersebut dilakukan untuk menguji atau
meyakinkan kebenaran hasil interpretasi citra yang telah dilakukan. Observasi
atau uji medan (field check) perlu
dilakukan terutama pada tempat-tempat yang hasil interpretasinya meragukan.
Hasil interpretasi citra yang memerlukan
ujian medan antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.
1) Kualitas citra meliputi skala, sesolusi,
dan informasi yang harus diinterpretasi.
2) Jenis interpretasi atau analisisnya
3) Tingkat ketelitian yang diharapkan
4) Pengalaman dan pengetahuan pengguna dalam
melakukan interpretasi
5) Kondisi medan
6) Ketersediaan data acuan
b. Kunci Interpretasi
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa
potongan citra yang telah diinterpretasi, diyakinkan kebenarannya, dan diberi
keterangan. Keterangan itu meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur
interpretasi, serta keterangan tentang citra meliputi jenis, skala, waktu
perekaman, dan lokasi.
c. Penanganan Data
Data yang tersimpan dalam citra perlu dijaga
agar tidak menimbulkan goresan atau sampai terhapus. Oleh karena itu, perlu
penanganan yang hati-hati terhadap setiap citra.
Cara
sederhana untuk mengatur citra dengan baik antara lain sebagai berikut.
1) Menyusun citra tiap satuan perekaman atau
pemotretan secara numerik
2) Menyusun tumpukan citra sesuai dengan
urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan penyekat di
antaranya.
3) Menyusun tumpukan citra sehingga
menunjukan jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat.
4) Meletakkan citra pembanding di sebelah
citra yang akan diinterpretasi.
5) Pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap
ke bawah dalam urutannya.
d. Pengamatan Stereoskopis
Pengamatan stereoskopis adalah kegiatan
menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang dinamakan stereoskop. Salah
satu syarat dapat dilakukannya pengamatan stereoskopis adalah adanya daerah
yang bertampalan. Pengamatan stereoskopis pada citra yang bertampalan
menimbulkan gambaran tiga dimensi. Jenis yang umum untuk pengamatan
stereoskopis adalah citra foto udara. Perwujudan tiga dimensi pada citra foto
udara memungkinkan adanya pengukuran beda tingi dan kemiringan lereng sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta kontur.
e. Metode Pengkajian
Metode pengkajian adalah suatu cara yang
bersistem dalam menelaah atau melakukan penyelidikan terhadap objek.
Interpretasi citra pada umumnya mengikuti metode tertentu, yaitu dimulai dari
pertimbangan yang bersifat umum ke objek khusus yang belum diketahui.
Perwujudan umum dapat diartikan sebagai perwujudan regional, sedangkan
perwujudan khusus dapat diartikan sebagai berwujudan local.
Secara umum ada dua metode pengkajian dalam
interpretasi citra. Pertama, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah disertai
pengambilan data. Kedua, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah, tetapi data
yang diambil hanya pada tempat-tempat tertentu.
f. Penerapan Konsep
Cara
perolehan dan analisis data indraja dikenal dengan konsep multi, yaitu multispektrum, multitingkat, multitemporal,
multiarah, multipolarisasi, dan multidisiplin.
1) Multispektrum, yaitu interpretasi citra
dan analisisnya dengan memanfaatkan banyaknya warna.
2) Multitingkat, yaitu adanya perbedaan
ketinggian terbang atau orbit wahana pada saat melakukan indraja.
3) Multitemporal, yaitu data suatu objek yang
tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda.
4) Multi arah, yaitu posisi sensor yang dapat
diatur ke segala arah dapat meningkatkan kemampuan pengadaan data indraja,
terutama di daerah tropika yang banyak tertutup awan.
5) Multipolarisasi, yaitu objek yang terekam
oleh sensor mengikuti bidang horizontal atau vertical.
6) Multidisiplin, yaitu data yang terdapat
dalam citra dapat dimanfaatkan untuk berbagai keikmuan.
E. Langkah-langkah untuk mendapatkan data indraja:
1. Deteksi
Mendeteksi
objek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit
2. Identifikasi
Mengidentifikasi
objek berdasarkan :
a. ciri spektral (ciri yang
dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan benda).
b. ciri spasial (ciri yang terkait
dengan ruang misal bayangan, bentuk, asosiasi, pola, bentuk dan ukuran).
c. ciri temporal (ciri yang terkait
dengan umur obyek dan waktu saat perekaman)
3. Pengenalan
Pengenalan
objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra
berdasarkan pengetahuan tertentu.
4. Analisis
Analisis
bertujuan untuk mengelompokkan objek yagn mempunyai cirri-ciri yang sama.
5. Deduksi
Deduksi
merupakan pemrosesan citra berdasarkan objek yang terdapat pada citra kea rah
yang lebih khusus.
6. Klasifikasi
Klasifikasi
meliputi deskripsi dan pembatasan (delineasi) dari objek yang terdapat pada
citra.
7. Idealisasi
Idealisasi
merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap
pakai.
F. Manfaat Indraja
Tujuan utama indraja adalah merekam objek
untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Hingga saat ini
indraja semakin banyak dimanfaatkan, antara lain karena alas an-alasan berikut
ini :.
1.
Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip
yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas, dan sifat
gambar yang permanen.
2.
citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi jika dilihat dengan
menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan, antara
lain karena menyajikan model objek (medan) yang jelas, relative lebih jelas,
memungkinkan pengukuran beda tinggi, memungkinkan pengukuran lereng, dan
memungkinkan pengukuran volume.
3.
citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan
pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah
tanah.
4.
citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh
melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan pegunungan.
5.
citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana
IV. Manfaat penginderaan jauh
·
Bidang kelautan (seasal dan MOSS)
-
Pengamatan sifat fisis air laut
-
Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut
-
Pemetaan perubahan pantai, abrasi, seimentasi dll
·
Bidang hidrologi (lansal dan SPOT)
- Pengamatan DAS
- Pengamatan luas daerah dan intensitas
banjir
- Pemetaan pola aliran sungai
·
Bidang klimatologi (NOAA, meteor dan GMS)
- Pengamatan iklim suatu daerah
- Analisi cuaca
- Pemetaan iklim dan perubahannya
·
Bidang sumber daya bumi dan lingkungan (lansat, soyuz dan spot)
- Pemetaan penggunaan lahan
- Pengumpulan data kerusakan lingkungan
- Pendeteksian lahan kritis
- Pemantauan distribusi sumber daya alam
- Perencanaan pembangunan wilayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar